Kamis, 27 Juli 2023
Rabu, 06 April 2016
NORMALISASI PADA DATABASE
NAMA : I Putu Bayu
Septama
NIM :
15101614
KELAS :
N
Normalisasi Pada Database
1. Definisi
normalisasi pada database
NORMALISASI
Normalisasi merupakan teknik analisis
data yang mengorganisasikan atribut-atribut data dengan cara mengelompokkan
sehingga terbentuk entitas yang non-redundant, stabil, dan fleksible
Normalisasi dilakukan sebagai uji coba
pada suatu relasi secara berkelanjutan untuk menentukan apakah relasi itu sudah
baik, yaitu dapat dilakukan proses insert,update,delete, dan modifikasi pada
satu atau beberapa atribut tanpa mempengaruhi integritas data dalam relasi
tersebut.
2. Tujuan dilakukan
normalisasi
Tujuan dari normalisasi
Untuk
menghilangkan kerangkapan data / Redudansi
Untuk
mengurangi kompleksitas
Untuk
mempermudah pemodifikasian data
menghilangkan anomali data
3. Functional
Denpendensy
Functional Denpendensy
(Database Ketergantungan)
Functional Dependency
(FD) ialah suatu ketergantungan relasi yang terjadi antara atribut dlam tabel
atau set entity dengan atribut lain. FD menggambarkan suatu relationship/
hubungan, batasan, keterkaitan diantara atribut dlam relasi.
Contoh : Dalam tabel daftar karakteristik karyawan
termasuk Nomor Jaminan Sosial ( SSN ) dan nama , dapat dikatakan bahwa nama
secara fungsional tergantung pada
SSN ( atau SSN - > nama ) karena nama karyawan dapat
secara unik ditentukan dari SSN mereka .
Namun, pernyataan sebaliknya ( nama - > SSN ) tidak
benar karena lebih dari satu karyawan dapat memiliki nama yang sama tapi SSN
yang berbeda .
4. Bentuk-bentuk Normalisasi Beserta Contohnya
Pada proses normalisasi terhadap tabel
pada database dapat dilakukan dengan tiga tahap normalisasi antara lain :
1. BENTUK TIDAK NORMAL
(UNNORMALIZED FORM)
Bentuk ini merupakan kumpulan data
yang akan direkam, tidak ada keharusan
mengikukti format tertentu, dapat saja
data tidak lengkap atau terduplikasi. Data dikumpulkan apa adanya sesuai
dengan saat menginput.
Untuk mentransformasikan tabel yang
belum ternomalisasi di atas menjadi tabel yang memenuhi kriteria 1NF adalah
kita harus merubah seluruh atribut yang multivalue menjadi atribut single
value, dengan cara menghilangkan repeating group pada tabel di atas.
Repeating Group (elemen data berulang)
adalah (No_Property, Alamat_Property,Tgl_Pinjam, Tgl_Selesai, Biaya,
No_Pemilik, Nama_Pemilik)
2. BENTUK NORMAL KE SATU (FIRST
NORMAL FORM / 1 NF)
Pada tahap ini dilakukan penghilangan
beberapa group elemen yang berulang agar menjadi satu harga tunggal yang
berinteraksi di antara setiap baris pada suatu tabel, dan setiap atribut harus
mempunyai nilai data yang atomic (bersifat atomic value). Atom adalah zat
terkecil yang masih memiliki sifat induknya, bila terpecah lagi maka ia tidak
memiliki sifat induknya.
Syarat normal ke satu (1-NF)
antara lain:
1. setiap data dibentuk dalam flat
file, data dibentuk dalam satu record demi satu record nilai dari field
berupa “atomic value”.
2. tidak ada set atribute yang
berulang atau bernilai ganda.
3. telah ditentukannya primary key
untuk tabel / relasi tersebut.
4. tiapatribut hanya memiliki satu
pengertian.
Langkah pertama yang dilakukan pada
Tabel Pelanggan Biaya (pada Tabel 9.3) tersebut adalah menghilangkan
elemen data yang berulang dengan data-data Pelanggan yang sesuai pada
setiap baris. Hasil dari tabel yang telah memenuhi bentuk normal pertama
dapat dilihat pada Tabel 9.4. kita dapat mengidentifikasi primary key
untuk relasi Pelanggan_Biaya yang masih memiliki composite key
(No_Pelanggan, No_Property). Pada kasus ini kita akan memperoleh primary
key yang bersifat composite key. Relasi Pelanggan_Biaya dapat
didefinisikan sebagai berikut. Pelanggan_Biaya =(No_Pelanggan, No_Property,
Nama, Alamat_Property, Tgl_Pinjam, Tgl_Selesai, Biaya,No_Pemilik, Nama_Pemilik)
3. BENTUK NORMAL KE DUA (SECOND NORMAL
FORM / 2 NF)
Bentuk normal kedua didasari atas
konsep full functional dependency (ketergantungan fungsional sepenuhnya) yang
dapat didefinisikan sebagai berikut. Jika A adalah atribut-atribut dari
suatu relasi, B dikatakan full functional dependency (memiliki ketergantungan
fungsional terhadap A, tetapi tidak secara tepat memiliki ketergantungan
fungsional dari subset (himpunan bagian) dari A.
Syarat normal kedua (2-NF)
sebagai berikut.
1. Bentuk data telah memenuhi kriteria
bentuk normal kesatu.
2. Atribute bukan kunci (non-key)
haruslah memiliki ketergantungan fungsional sepenuhnya (fully functional
dependency) pada kunci utama / primary key.
Tabel Tabel Pelanggan Biaya dalam bentuk normal kedua (2-NF)
4.
BENTUK NORMAL KE TIGA (THIRD NORMAL FORM / 3 NF)
Walaupun relasi 2-NF memiliki
redudansi yang lebih sedikit dari pada relasi 1-NF, namun relasi tersebut
masih mungkin mengalami kendala bila terjadi anomaly peremajaan (update)
terhadap relasi tersebut. Misalkan kita akan melakukan update terhadap
nama dari seorang Pemilik (pemilik), seperti Durki (No_Pemilik: CO93), kita
harus melakukan update terhadap dua baris dalam relasi Property_Pemilik (lihat
Tabel 9.5, (c) relasi Property_Pemilik). Jika kita hanya mengupdate satu baris
saja, sementara baris yang lainnya tidak, maka data didalam database tersebut
akan inkonsisten / tidak teratur. Anomaly update ini disebabkan oleh suatu
ketergantungan transitif (transitive dependency). Kita harus menghilangkan
ketergantungan tersebut dengan melakukan normalisasi ketiga (3-NF).
Syarat normal ketiga (Third
Normal Form / 3 NF) sebagai berikut.
1. Bentuk data telah memenuhi kriteria
bentuk normal kedua.
2. Atribute bukan kunci (non-key)
harus tidak memiliki ketergantungan transitif, dengan kata lain suatu atribut
bukan kunci (non_key) tidak boleh memiliki ketergantungan fungsional
(functional dependency) terhadap atribut bukan kunci lainnya, seluruh atribut
bukan kunci pada suatu relasi hanya memiliki ketergantungan fungsional terhadap
priamry key di relasi itu saja.
Seluruh atribut non-primary key pada
relasi Pelanggan dan Biaya di atas terlihat memiliki ketergantungan
fungsional (functional dependency) terhadap primary key dari masing-masing
tabel / relasi. Relasi / tabel Pelanggan dan Biaya di atas tidak memiliki ketergantungan
transitif (transitive dependency), sehingga tabel tersebut telah memenuhi
kriteria normal ketiga
(3-NF). Seluruh atribut non-primary key pada relasi Property_Pemilik di
atas terlihat memiliki ketergantungan fungsional (functional dependency)
terhadap primary key, kecuali Nama_Pemilik yang masih memiliki
ketergantungan fungsional (functional dependency) terhadap No_Pemilik.
Inilah contoh ketergantungan dari transitif (transitive dependency), yang
terjadi ketika atribut non-primary key (Nama_Pemilik) bergantung secara
fungsi terhadap satu atau lebih atribut non-primary key lainnya (No_Pemilik).
Kita harus menghilangkan ketergantungan transitif (transitive dependency)
tersebut dengan menjadikan relasi Property_Pemilik menjadi 2 relasi / tabel
dengan format / bentuk sebagai berikut.
· Relasi / Tabel
Property_Untuk_Pemilik yang terdiri dari atribut-atribut:
No_property â
Alamat_Property, Biaya, No_Pemilik
{No_property sebagai primary key}
· Dan relasi Pemilik yang terdiri dari
atribut-atribut:
No_Pemilik â Nama_Pemilik
{No_Pemilik sebagai primary key}
4.
BENTUK NORMAL KE TIGA (THIRD NORMAL FORM / 3 NF)
Walaupun relasi 2-NF memiliki
redudansi yang lebih sedikit dari pada relasi 1-NF,
namun relasi tersebut masih mungkin
mengalami kendala bila terjadi anomaly
peremajaan (update) terhadap relasi
tersebut.
Misalkan kita akan melakukan update
terhadap nama dari seorang Pemilik (pemilik), seperti Durki (No_Pemilik: CO93),
kita harus melakukan update terhadap dua baris dalam relasi Property_Pemilik
(lihat Tabel 9.5, (c) relasi Property_Pemilik). Jika kita hanya mengupdate satu
baris saja, sementara baris yang lainnya tidak, maka data didalam database tersebut
akan inkonsisten / tidak teratur. Anomaly update ini disebabkan oleh suatu
ketergantungan transitif (transitive dependency). Kita harus menghilangkan
ketergantungan tersebut dengan melakukan normalisasi ketiga (3-NF).
Syarat normal ketiga (Third
Normal Form / 3 NF) sebagai berikut.
1. Bentuk data telah memenuhi kriteria
bentuk normal kedua.
2. Atribute bukan kunci (non-key)
harus tidak memiliki ketergantungan transitif, dengan kata lain suatu atribut
bukan kunci (non_key) tidak boleh memiliki ketergantungan fungsional
(functional dependency) terhadap atribut bukan kunci lainnya, seluruh atribut
bukan kunci pada suatu relasi hanya memiliki ketergantungan fungsional terhadap
priamry key di relasi itu saja. Seluruh atribut non-primary key pada
relasi Pelanggan dan Biaya di atas terlihat memiliki ketergantungan
fungsional (functional dependency) terhadap primary key dari masing-masing
tabel / relasi. Relasi / tabel Pelanggan dan Biaya di atas tidak
memiliki ketergantungan transitif (transitive dependency), sehingga tabel
tersebut telah memenuhi kriteria normal ketiga (3-NF).
Seluruh atribut non-primary key pada
relasi Property_Pemilik di atas terlihat memiliki ketergantungan
fungsional (functional dependency) terhadap primary key, kecuali
Nama_Pemilik yang masih memiliki ketergantungan fungsional
(functional dependency) terhadap No_Pemilik. Inilah contoh ketergantungan
dari transitif (transitive dependency), yang terjadi ketika atribut
non-primary key (Nama_Pemilik) bergantung secara fungsi terhadap satu atau
lebih atribut non-primary key lainnya (No_Pemilik). Kita harus
menghilangkan ketergantungan transitif (transitive dependency) tersebut
dengan menjadikan relasi Property_Pemilik menjadi 2 relasi / tabel dengan
format / bentuk sebagai berikut.
· Relasi / Tabel
Property_Untuk_Pemilik yang terdiri dari atribut-atribut:
No_property â
Alamat_Property, Biaya, No_Pemilik
{No_property sebagai primary key}
· Dan relasi Pemilik yang terdiri dari
atribut-atribut:
No_Pemilik â
Nama_Pemilik
{No_Pemilik sebagai primary key}
Hasil akhir normalisasi tabel
Pelanggan_Biaya sampai ke bentuk normal ketiga adalah
sebagai berikut:
Seluruh atribut bukan kunci pada suatu
relasi hanya memiliki ketergantungan fungsional terhadap primary key di relasi
itu saja.
Sekian Penjelasan dari saya semoga bermanfaat.
Terimakasi
Sudah Berkunjung di Blog saya.
Senin, 28 Maret 2016
ARTIKEL TENTANG PENERAPAN SISTEM INFORMASI DI SUATU BIDANG TERTENTU
NAMA : I PUTU BAYU SEPTAMA
NIM : 15101614
Kelas : N
1 .Tujuan
dari penerapan Sistem Informasi (SI) dalam bidang Manajemen
S Sistem Informasi Manajemen
Sistem
merupakan suatu totalitas himpunan bagian-bagian yang satu sama lain
berinteraksi dan bersama-sama beroperasi mencapai suatu tujuan tertentu didalam
suatu lingkungan, sedangkan Informasi merupakan data yang telah diolah menjadi
sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan Manajemen adalah
ketatalaksanaan proses pengunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai
sasaran tertentu. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa Sistem
Informasi Manajemen(SIM) adalah suatu sistem manusia/mesin yang terpadu yang
menyediakan informasi untuk mendukung fungsi-fungsi operasi manajemen dan
pengambilan keputusan di dalam organisasi.
AdapunSIM juga dapat didefinisikan
sebagai suatu pendekatan dalam menajemen untuk mengumpulkan data, memproses
data tersebut dan menganalisanya untuk menghasilkan data dan menyajikan
informasi sebagai landasan untuk pengambilan keputusan perusahaan.Informasi
dapat diibaratkan sebagai darah yang mengalir di dalam tubuh manusia, seperti
halnya informasi di dalam sebuah perusahaan yang sangat penting untuk mendukung
kelangsungan perkembangannya, sehingga terdapat alasan bahwa informasi sangat
dibutuhkan bagi sebuah perusahaan. Akibat bila kurang mendapatkan informasi,
dalam waktu tertentu perusahaan akan mengalami ketidakmampuan mengontrol sumber
daya, sehingga dalam mengambil keputusan-keputusan strategis sangat terganggu,
yang pada akhirnya akan mengalami kekalahan dalam bersaing dengan lingkungan
pesaingnya. Disamping itu, sistem informasi yang dimiliki seringkali tidak
dapat bekerja dengan baik. Masalah utamanya adalah bahwa sistem informasi
tersebut terlalu banyak informasi yang tidak bermanfaat atau berarti (sistem
terlalu banyak data).
Memahami konsep dasar informasi adalah sangat penting
(vital) dalam mendesain sebuah sistem informasi yang efektif (effective
business system). Menyiapkan langkah atau metode dalam menyediakan informasi
yang berkualitas adalah tujuan dalam mendesain sistem baru. Sebuah perusahaan
mengadakan transaksi-transaksi yang harus diolah agar bisa menjalankan
kegiatannya sehari-hari. Daftar gaji harus disiapkan, penjualan dan pembayaran
atas perkiraan harus dibutuhkan: semua ini dan hal-hal lainnya adalah kegiatan
pengolahan data dan harus dianggap bersifat pekerjaan juru tulis yang mengikuti
suatu prosedur standar tertentu. Komputer bermanfaat utnuk tugas-tugas
pengolahan data semacam ini, tetapi sebuah sistem informasi menajemen
melkasanakan pula tugas-tugas lain dan lebih dari sekedar sistem pengolahan
data. Adalah sistem pengolahan informasi yang menerapkan kemampuan komputer
untuk menyajikan informasi bagi manajemen dan bagi pengambilan keputusan.
Sistem
informasi manajemen digambarkan sebagai sebuah bangunan piramida dimana lapisan
dasarnya terdiri dari informasi, penjelasan transaksi, penjelasan status, dan
sebagainya. Lapisan berikutnya terdiri dari sumber-sumber informasi dalam
mendukung operasi manajemen sehari-hari. Lapisan ketiga terdiri dari sumber
daya sistem informasi untuk membantu perencanaan taktis dan pengambilan
keputusan untuk pengendalian manajemen. Lapisan puncak terdiri dari sumber daya
informasi untuk mendukung perencanaan dan perumusan kebijakan oleh tingkat
manajemen. Sistem ini menggunakan perangkat keras (hardware) dan perangkat
lunak (software) komputer, prosedur pedoman, model manajemen dan keputusan, dan
sebuah “data base”.
2. Bentuk Data Yang Diolah Sistem Informasi Manajemen
A. Jenis Data Menurut Cara Memperolehnya1. Data Primer
Data primer adalah secara langsung diambil dari objek / obyek penelitian oleh
peneliti perorangan maupun organisasi.Contoh : Mewawancarai langsung penonton
bioskop 21 untuk meneliti preferensi konsumen bioskop.2. Data Sekunder Data
sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian.
Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain
dengan berbagai cara atau metode baik secara komersial maupun non komersial.Contohnya
adalah pada peneliti yang menggunakan data statistik hasil riset dari surat
kabar atau majalah.
B. Macam-Macam Data Berdasarkan Sumber Data1. Data
Internal Data internal adalah data yang menggambarkan situasi dan kondisi pada
suatu organisasi secara internal. Misal : data keuangan, data pegawai, data
produksi, dsb.2. Data Eksternal Data eksternal adalah data yang menggambarkan
situasi serta kondisi yang ada di luar organisasi. Contohnya adalah data jumlah
penggunaan suatu produk pada konsumen, tingkat preferensi pelanggan, persebaran
penduduk, dan lain sebagainya.
C. Klasifikasi Dara Berdasarkan Jenis Datanya1. Data
Kuantitatif Data kuantitatif adalah data yang dipaparkan dalam bentuk
angka-angka. Misalnya adalah jumlah pembeli saat hari raya idul adha, tinggi
badan siswa kelas 3 ips 2, dan lain-lain.2. Data Kualitatif Data kualitatif
adalah data yang disajikan dalam bentuk kata-kata yang mengandung makna.
Contohnya seperti persepsi konsumen terhadap botol air minum dalam kemasan,
anggapan para ahli terhadap psikopat dan lain-lain.
D. Pembagian Jenis Data Berdasarkan Sifat Data1. Data
Diskrit Data diskrit adalah data yang nilainya adalah bilangan asli. Contohnya
adalah berat badan ibu-ibu pkk sumber ayu, nilai rupiah dari waktu ke waktu,
dan lain-sebagainya.2. Data Kontinyu Data kontinyu adalah data yang nilainya
ada pada suatu interval tertentu atau berada pada nilai yang satu ke nilai yang
lainnya. Contohnya penggunaan kata sekitar, kurang lebih, kirakira, dan
sebagainya. Dinas pertanian daerah mengimpor bahan baku pabrik pupuk kurang
lebih 850 ton.
E. Jenis-jenis Data Menurut Waktu Pengumpulannya
1. Data Cross Section Data cross-section adalah data
yang menunjukkan titik waktu tertentu. Contohnya laporan keuangan per 31
desember 2006, data pelanggan PT. angin ribut bulan mei 2004, dan lain
sebagainya.
2. Data Time Series / Berkala Data berkala adalah data
yang datanya menggambarkan sesuatu dari waktu ke waktu atau periode secara
historis. Contoh data time series adalah data perkembangan nilai tukar dollar
amerika terhadap euro eropa dari tahun 2004 sampai 2006, jumlah pengikut jamaah
nurdin m. top dan doktor azahari dari bulan ke bulan, dll.
3.Bagaimana Proses Pengolhan Sistem Informasi
ManajemenSalah satu perangkat yang paling penting dari sistem
informasi adalah manusia sebagai pengelola informasi. Oleh karena itu hubungan
antara sistem informasi dengan pengelolanya sangat erat.
Sistem informasi yang
dibutuhkan sangat tergantung dari kebutuhan pengelolanya.Pengelola sistem informasi terorganisasi dalam suatu
struktur manajemen. Oleh karena itu bentuk atau jenis sistem informasi yang
diperlukan sesuai dengan level manajemennya.
• Manajemen Level Atas: untuk perencanaan strategis,
kebijakan dan pengambilan keputusan.
• Manejemen Level Menengah: untuk perencanaan taktis dan
pengambilan keputusan.
• Manejemen Level Bawah: untuk perencanan dan pengawasan
operasi dan pengambilan keputusan.
• Operator: untuk pemrosesan transaksi dan merespon
permintaan.
Kemudian pada perkembangannya, dengan semakin besarnya lingkup sebuah sistem informasi memerlukan adanya penataan kembali personel dengan baik terutama pada struktur manajemen organisasi personil.
Kemudian pada perkembangannya, dengan semakin besarnya lingkup sebuah sistem informasi memerlukan adanya penataan kembali personel dengan baik terutama pada struktur manajemen organisasi personil.
.Manajemen sumber daya manusia perlu dilakukan dengan benar
agar sistem informasi dapat berjalan dengan baik. Hal itu dilakukan untuk
mengurangi terjadinya kesalahan-kesalahan yang bersifat manusiawi yang dapat
mengurangi mutu informasi yang dihasilkan sebuah sistem.
Gordon B. Davis memberikan contoh kesalahan-kesalahan
tersebut seperti misalnya :
• Metode pengumpulan dan pengukuran data yang tidak tepat.
• Operator sistem tidak mengikuti prosedur pengolahan yang
benar.
• Kehilangan data atau data tidak terolah.
• Pemeriksaan atau pencatatan data yang salah.
• Salah dalam menggunakan dokumen induk/file
induk.
• Kesalahan dalam prosedur pengolahan.
• Kesalahan yang dilakukan dengan sengaja.
Kesulitan
karena kesalahan dapat diatasi dengan dua teknik yaitu pengontrolan data dan
penambahan batas kepercayaan pada data. Pengontrolan secara intern dapat
dilakukan untuk menemukan kesalahan-kesalahan yang terjadi. Selain itu perlu
juga dilakukan pemeriksaan auditing baik secara intern maupun ekstern.
4.Informasi Yang
Dihasilkan Sistem Informasi Manajemen
Ada banyak teknologi yang mendukung SIM baik secara online atau offline. Tapi dasar dari aplikasi yang digunakan pada Sistiem Informasi Manajemen adalah aplikasi databese. sistem ini harus mampu mengolah data yang dikumpulkan pada database menjadi sebuah produk informasi yang dibutuhkan penggunanya. Sistim ini juga harus bisa membagi informasi yang diproduksinya menjadi beberapa tingkatan, sehingga setiap tingkatan hanya mendapatkan informasi yang mereka butuhkan.
Pada sebuah Instansi, manajemen selalu terlibat dalam serangkaian proses manajerial, yang pada intinya berkisar pada penentuan: tujuan dan sasaran, perumusan strategi, perencanaan, penentuan program kerja, pengorganisasian, penggerakan sumber daya manusia, pemantauan kegiatan operasional, pengawasan, penilaian, serta penciptaan dan penggunaan sistem umpan balik. Masing-masing tahap dalam proses tersebut pasti memerlukan berbagai jenis informasi dalam pelaksanaannya.
Penentuan Tujuan dan Sasaran
Dapat dinyatakan secara aksiomatis bahwa suatu organisasi dibentuk dan dikelola untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam rangka penentuan juga pencapaian tujuan tersebut maka dibutuhkan informasi-informasi yang dapat memberikan gambaran kasar atau global tentang kecenderungan-kecenderungan yang mungkin terjadi, baik secara internal organisasi itu sendiri maupun pada lingkungan di mana organisasi bergerak. Informasi-informasi yang dibutuhkan tersebut secara eksternal dapat mencakup bidang politik, keamanan, ekonomi, sosial budaya, serta arah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara internal informasi yang diperlukan adalah tentang produk yang akan dihasilkan dikaitkan dengan kemampuan organisasi dalam penyediaan dan penguasaan berbagai sarana, prasarana, dana dan sumber daya manusia.
Perumusan Strategi
Keseluruhan upaya pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi memerlukan strategi yang mantap dan jelas. Salah sat instrumen ilmiah yanng umum digunakan dalam penentuan strategi organisasi ialah analisis SWOT, yaitu Strengths (Kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunities (Peluang), dan Threats (Ancaman). Agar analisis SWOT benar-benar ampuh sebagai instrumen pembantu dalam penentuan dan pelaksanaan strategi organisasi, diperlukan informasi menngenai kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman yang mungkin dihadapi oleh organisasi tersebut.
Perencanaan
Strategi yang telah dirumuskan dan ditetapkan memerlukan penjabaran melalui penelenggaraan fungsi perencanaan. Karena perencanaan merupakan salah satu hal yang penting dalam organisasi, perlu diketahui secepat mungkin berbagai resiko dan faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab kegagalan pelaksanaan tujuan dan strategi organisasi. Informasi-informasi yang dibutuhkan dalam proses perencanaan adalah 5 W 1 H, yaitu what(apa), when(kapan), where(di mana), who(siapa), why(mengapa), dan how(bagaimana).
Penyusunan Program Kerja
Penyusunan program kerja merupakan rincian sistematis dari rencana kerja jangka waktu menengah. Keenam pertanyaan di atas harus terjawab dalam penyusunan program kerja dimana ia harus bersifat kuantitatif, menyatakan secara jela dan konkrit hasil yang diharapkan, standar kinerja jelas, mutu hasil pekerjaan ditetapkan secara pasti, dan program kerja disusun sedemikian rincinya sehingga dapat dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan operasional.
Strategi yang telah dirumuskan dan ditetapkan memerlukan penjabaran melalui penelenggaraan fungsi perencanaan. Karena perencanaan merupakan salah satu hal yang penting dalam organisasi, perlu diketahui secepat mungkin berbagai resiko dan faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab kegagalan pelaksanaan tujuan dan strategi organisasi. Informasi-informasi yang dibutuhkan dalam proses perencanaan adalah 5 W 1 H, yaitu what(apa), when(kapan), where(di mana), who(siapa), why(mengapa), dan how(bagaimana).
Penyusunan Program Kerja
Penyusunan program kerja merupakan rincian sistematis dari rencana kerja jangka waktu menengah. Keenam pertanyaan di atas harus terjawab dalam penyusunan program kerja dimana ia harus bersifat kuantitatif, menyatakan secara jela dan konkrit hasil yang diharapkan, standar kinerja jelas, mutu hasil pekerjaan ditetapkan secara pasti, dan program kerja disusun sedemikian rincinya sehingga dapat dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan operasional.
Pengorganisasian
Organisasi dapat didefinisikan sebagai sekelompok orang yang terikat secara formal dan hierarkis serta bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Organisasi dapat menjadi wadah dimana sekelompok orang bergabung dan menempati wilayah-wilayah tertentu untuk melakukan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya. Organisasi dapat pula menjadi tempat berinteraksi antar anggota organisasi tersebut maupun dengan anggota organisasi lainnya.
Tolok ukur keberhasilan suatu organisasi tidak dilihat secara inkremental dari apa yang dicapai oleh masing-masing satuan kerja melainkan dari sudut pandang yang bersifat holistik dalam arti keberhasilan organisasi secara keseluruhan.Penyelesaian tugas yang menjadi tanggung jawab fungsional satuan kerja tertentu memerlukan interaksi, interdependensi dan interrelasi dengan semua satuan kerja lainnya. Dan tentunya proses seperti ini memerlukan suatu sistem informasi yang baik.
Penggerakan SDM
Penggerakan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan fungsi yang teramat penting dalam manajemen sekaligus paling sulit.Penggerakan SDM yang tepat dan efektif memerlukan informasi yang handal. Misalnya, informasi tentang klasifikasi jabatan, informasi tentang uraian dan analisis pekerjaan,informasi tentang standar mutu yang diterapkan dalam manajemen, dan berbagai informasi lainnya yang memungkinkan satuan kerja yang mengelola SDM dalam organisasi menyelenggarakan berbagai fungsinya dengan baik.
Penyelenggaraan Kegiatan Operasional
Penyelenggaraan kegiatan operasional merupakan bagian yang sangat penting dari keseluruhan proses manajerial dan bahkan merupakan tes apakah sebuah organisasi berjalan di atas “rel” yang benar atau tidak. Hal ini dikarenakan manajemen bersifat situasional dimana penerapan prinsip-prinsip manajemen harus diterapkan secara universal dengan memperhitungkan faktor situasi, kondisi, ruang dan waktu.Manajemen juga berorientasi pada hasil optimal dari segi produk, efisiensi dan efektivitas kerja.Sehingga penyelenggaraan kegiatan operasional yang baik dan tepat hanya akan terwujud bila didukung dengan berbagai informasi yang tepat pula.
Pengawasan
Pengawasandiperlukan atas pertimbangan bahwa penyelenggaraan seluruh kegiatan operasional memungkinkan terjadi kesalahan yang berarti dapat berakibat pada tidak terwujudnya tingkat efisiensi, efektivitas dan produktivitas yang diharapkan. Oleh karena itu, kegiatan pengawasan jelas memerlukan sekaligus menghasilkan informasi tentang penyelenggaraan berbagai kegiatan operasionalyang sedang terjadi.
Penilaian
Seperti halnya dalam pengawasan, informasi dalam proses penilaian juga sangat dibutuhkan. Informasi ini dapat diperoleh melalau berbagai wawancara, penyebaran kuesioner kepada pihak-pihak lain yang dianggap mengetahui pengetahuan mendalam tentang seluruh proses manajerial, dan teknik-teknik lainnya yang dipandang perlu dan tepat digunakan.
Sistem Umpan Balik
Semua informasi yang diperoleh—terutama dari hasil penilaian—diumpanbalikkan kepada berbagai pihak yang berkaitan dengan manajerial organisasi, termasuk kepada para pemodal, pemilik saham, manajemen puncak, para pimpinan satuan usaha, dan lainnya. Hal ini penting dilakukan supaya manajerial organisasi yang bersangkutan tetap menghasilkan efektivitas, efisiensi serta produktivitas yang tinggi sehingga tujuan awal organisasi dapat terwujud secara maksimal.
Organisasi dapat didefinisikan sebagai sekelompok orang yang terikat secara formal dan hierarkis serta bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Organisasi dapat menjadi wadah dimana sekelompok orang bergabung dan menempati wilayah-wilayah tertentu untuk melakukan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya. Organisasi dapat pula menjadi tempat berinteraksi antar anggota organisasi tersebut maupun dengan anggota organisasi lainnya.
Tolok ukur keberhasilan suatu organisasi tidak dilihat secara inkremental dari apa yang dicapai oleh masing-masing satuan kerja melainkan dari sudut pandang yang bersifat holistik dalam arti keberhasilan organisasi secara keseluruhan.Penyelesaian tugas yang menjadi tanggung jawab fungsional satuan kerja tertentu memerlukan interaksi, interdependensi dan interrelasi dengan semua satuan kerja lainnya. Dan tentunya proses seperti ini memerlukan suatu sistem informasi yang baik.
Penggerakan SDM
Penggerakan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan fungsi yang teramat penting dalam manajemen sekaligus paling sulit.Penggerakan SDM yang tepat dan efektif memerlukan informasi yang handal. Misalnya, informasi tentang klasifikasi jabatan, informasi tentang uraian dan analisis pekerjaan,informasi tentang standar mutu yang diterapkan dalam manajemen, dan berbagai informasi lainnya yang memungkinkan satuan kerja yang mengelola SDM dalam organisasi menyelenggarakan berbagai fungsinya dengan baik.
Penyelenggaraan Kegiatan Operasional
Penyelenggaraan kegiatan operasional merupakan bagian yang sangat penting dari keseluruhan proses manajerial dan bahkan merupakan tes apakah sebuah organisasi berjalan di atas “rel” yang benar atau tidak. Hal ini dikarenakan manajemen bersifat situasional dimana penerapan prinsip-prinsip manajemen harus diterapkan secara universal dengan memperhitungkan faktor situasi, kondisi, ruang dan waktu.Manajemen juga berorientasi pada hasil optimal dari segi produk, efisiensi dan efektivitas kerja.Sehingga penyelenggaraan kegiatan operasional yang baik dan tepat hanya akan terwujud bila didukung dengan berbagai informasi yang tepat pula.
Pengawasan
Pengawasandiperlukan atas pertimbangan bahwa penyelenggaraan seluruh kegiatan operasional memungkinkan terjadi kesalahan yang berarti dapat berakibat pada tidak terwujudnya tingkat efisiensi, efektivitas dan produktivitas yang diharapkan. Oleh karena itu, kegiatan pengawasan jelas memerlukan sekaligus menghasilkan informasi tentang penyelenggaraan berbagai kegiatan operasionalyang sedang terjadi.
Penilaian
Seperti halnya dalam pengawasan, informasi dalam proses penilaian juga sangat dibutuhkan. Informasi ini dapat diperoleh melalau berbagai wawancara, penyebaran kuesioner kepada pihak-pihak lain yang dianggap mengetahui pengetahuan mendalam tentang seluruh proses manajerial, dan teknik-teknik lainnya yang dipandang perlu dan tepat digunakan.
Sistem Umpan Balik
Semua informasi yang diperoleh—terutama dari hasil penilaian—diumpanbalikkan kepada berbagai pihak yang berkaitan dengan manajerial organisasi, termasuk kepada para pemodal, pemilik saham, manajemen puncak, para pimpinan satuan usaha, dan lainnya. Hal ini penting dilakukan supaya manajerial organisasi yang bersangkutan tetap menghasilkan efektivitas, efisiensi serta produktivitas yang tinggi sehingga tujuan awal organisasi dapat terwujud secara maksimal.
Penjelasan di atas membuktikan bahwa informasi
sangat dibutuhkan dalam pengembangan suatu organisasi. Untuk membangun
informasi yang handal dibutuhkan Sistem Informasi Manajemen (SIM) yang mampu
menampung dan mengolah data serta menghasilkan informasi yang tepat dan akurat
setiap saat. Tanpa dukungan SIM yang tangguh, maka akan sulit organisasi yang
baik akan terwujud, karena SIM menolong lembaga-lembaga bidang apapun dalam
mengintegrasikan data, mempercepat dan mensistematisasikan pengolahan data,
meningkatkan kualitas informasi, mendorong terciptanya layanan-layanan baru,
meningkatkan kontrol, meng-otomatisasi-kan sebagian pekerjaan rutin,
menyederhanakan alur registrasi atau proses keuangan, dan lain sebagainya.
5. Manfaat dari Informasi yang Dihasilkan Sistem Informasi
Manajemen
Hampir di seluruh sektor bisnis di dunia ini menggunakan sistem informasi di perusahaan mereka. Bukan hanya itu, mereka pun selalu berusaha melakukan berbagai macam cara untuk menggembangkan sistem informasi yang digunakan di perusahaan mereka. Hal tersebut disebabkan karena sistem informasi memegang peranan yang cukup penting dalam bisnis mereka. Adapun peranan dan fungsi utama dari sistem informasi adalah..
Hampir di seluruh sektor bisnis di dunia ini menggunakan sistem informasi di perusahaan mereka. Bukan hanya itu, mereka pun selalu berusaha melakukan berbagai macam cara untuk menggembangkan sistem informasi yang digunakan di perusahaan mereka. Hal tersebut disebabkan karena sistem informasi memegang peranan yang cukup penting dalam bisnis mereka. Adapun peranan dan fungsi utama dari sistem informasi adalah..
1. Mendukung Operasi Bisnis .
Mulai dari akuntansi sampai dengan
penelusuran pesanan pelanggan, sistem informasi menyediakan dukungan bagi
manajemen dalam operasi/kegiatan bisnis sehari-hari. Ketika tanggapan/respon
yang cepat menjadi penting, maka kemampuan Sistem Informasi untuk dapat
mengumpulkan dan mengintegrasikan informasi keberbagai fungsi bisnis menjadi
kritis/penting.
2. Mendukung Pengambilan Keputusan Managerial.
Sistem informasi dapat
mengkombinasikan informasi untuk membantu manager menjalankan menjalankan
bisnis dengan lebih baik, informasi yang sama dapat membantu para manajer
mengidentifikasikan kecenderungan dan untuk mengevaluasi hasil dari keputusan
sebelumnya. Sistem Informasi akan membantu para manajer membuat keputusan yang
lebih baik, lebih cepat, dan lebih bermakna.
3. Mendukung Keunggulan Strategis.
Sistem informasi yang dirancang untuk membantu
pencapaian sasaran strategis
perusahaan dapat men-ciptakan keunggulan bersaing di pasar. Penjelasan
lebih mendalam mengenai fungsi utama sistem informasi dalam suatu organisasi
akan dijelaskan pada bagian klasifikasi sistem informasi di bawah ini:
Klasifikasi Sistem Informasi Pada prakteknya, berbagai peranan tersebut
diintegrasi menjadi suatu gabungan atau fungsi-silang (cross-functional) sistem
informasi yang menjalankan berbagai fungsi, lebih jelasnya diperlihatkan pada
gambar 1 berikut.
6. Pengetahuan Yang Didapat Sistem
Informasi Manajemen
Peter
Drucker dalam The New Realities (1966)
menyatakan bahwa pengetahuan adalah informasi yang mengubah sesuatu atau
seseorang, dengan menjadikannya dasar untuk bertindak atau dengan membuat
individu (atau institusi) mampu dari yang lain atau lebih efektif bertindak.Untuk menggunakan pengetahuan
sehingga dapat berfungsi seperti yang Peter Drucker katakan, kita perlu
memahami bentuk-bentuk pengetahuan karena masing-masing pengetahuan membutuhkan
perlakuan yang berbeda pula ketika memanfaatkannya .Michel Polanyi (1966) membedakan
pengetahuan dalam dua bentuk yaitu pengetahuan eksplisit dan pengetahuan tacit
.Pengetahuan eksplisit atau terkadang
disebut pengetahuan formal bisa disampaikan dalam bahasa, juga termasuk nomor
dan kata, tanda matematika, spesifikasi, manual, dal lainnya . Pengetahuan
eksplisit juga siap disebar pada yang lainnya . Selain itu pengetahuan
eksplisit bisa dengan mudah diproses oleh komputer, alat elektronik, atau basis
data penyimpanan .Pengetahuan tacit yang tersimpan
dalam pengalaman individu dan faktor-faktor tak berwujud, seperti kepercayaan
pribadi, perspektif, dan sistem nilai . Pengetahuan tacit susah untuk
diartikulasikan dengan bahasa formal. Isinya mencakup pemahaman pribadi, intuisi,
dan firasat . Sebelum dikomunikasikan pengetahuan tacit harus diubah dalam
bentuk kata-kata, model, atau angka-angka yang dapat dipahami . Ada dua dimensi
dalam pengetahuan tacit, yaitu:
1.
Dimensi Teknis (prosedural).
2. Dimensi Teori:Terdiri dari model kepercayaan,
persepsi, ideal, nilai-nilai, mental yang mengakar dalam diri kita begitu
saja. Meskipun mereka tidak bisa dilafalkan dengan mudah, dimensi ini membentuk
cara kita merasakan dunia sekitar.Menurut
Polanyi, selalu ada pengetahuan yang akan tetap tacit, sehingga
proses menjadi tahu (knowing) sama pentingnya dengan
pengetahuan itu sendiri.Selain itu, ada pandangan yang
menganggap bahwa semua pembelajaran terjadi di dalam kepala manusia, sebuah
organisasi belajar melalui dua cara saja :
·
Kegiatan belajar anggota –
anggotanya .
·
Dengan menyerap anggota baru yang
memiliki pengetahuan yang tidak dimiliki organisasi itu (Simon, 1991: 126).
Pemahaman tradisional menyangkut
peran pengetahuan pada organisasi bisnis, pengetahuan tacit kerap kali
dipandang sebagai kunci nyata untuk melaksanakan sesuatu dan menciptakan nilai
baru, bukan pengetahuan ekplisit .Dalam Knowledge Praxis yang buat oleh Rebeca O Barclay
dan Philip C Murray menyatakan membedakan arti dari pengetahuan tidaklah terlalu
penting . Tidak menjadi soal apakah suatu prosedur tertulis atau tenaga ahli
yang menyediakan solusi terhadap masalah tertentu, sepanjang hasil dicapai
positif .Di
sisi lain, I Made Wiryana dan Ernianti Hasibuan (2002)
memiliki pandangan lain tentang pengetahuan. Mereka mengelompokkan knowledge (pengetahuan) menjadi 3 jenis yaitu;
·
Tacit knowledge
Pada
dasarnya suatu informasi akan menjadi tacit knowledge ketika
diproses oleh pikiran seseorang.Knowledge jenis
ini biasanya belum dikodifikasikan atau disusun dalam bentuk tertulis . Dalamknowledge ini termasuk intuisi, cognitive knowledge . Tacit knowledge seperti intuisi, dan pandangan biasanya
sangat sulit untuk dikodifikasikan . Biasanya pengetahuan ini terkumpul melalui
pengalaman sehari-hari pada pelaksanaan suatu pekerjaan . Pengetahuan jenis ini
akan menjadi explicit knowledge ketika
dikomunikasikan kepada pihak lain dengan format yang tepat (tertulis, grafik
dan lain sebagainya).
·
Explicit Knowledge
Pengetahuan yang telah dikodifikasi atau dieksplisitkan . Jadi biasanya
telah direpresentasikan dalam suatu bentuk yang tertulis dan terstruktur
pengetahuan jenis ini jelas lebih mudah direkam, dikelola dan dimanfaatkan
serta ditransfer ke pihak lain.
·
Shared Knowledge
Gambar 1. Empat gaya konversi
pengetahuanSosialisasiSosialisasi
meliputi kegiatan berbagi
pengetahuan tacit antar
individu . Istilah sosialisasi digunakan, karena pengetahuan tacit disebarkan melalui kegiatan bersama, seperti
tinggal bersama, meluangkan waktu bersama – bukan melalui tulisan atau
instruksi verbal . Dengan demikian, dalam kasus tertentu pengetahuan tacit hanya bisa disebarkan jika seseorang merasa
bebas untuk menjadi seseorang yang lebih besar yang memiliki pengetahuan tacit dari orang lain.Dalam prakteknya, sosialisasi
dilakukan melalui kegiatan penangkapan pengetahuan lewat kedekatan fisik
seperti interaksi antara pimpinan dan pegawai, pimpinan dengan pimpinan, pegawai
dengan pegawai .Ekternalisasi Eksternalisasi
membutuhkan penyajian pengetahuan tacit ke dalam
bentuk yang lebih umum sehingga dapat dipahami oleh orang lain.
Pada tahap
eksternalisasi ini, individu memiliki komitmen terhadap sebuah kelompok dan
menjadi satu dengan kelompok tersebut. Dalam prakteknya, eksternalisasi
didukung oleh dua faktor kunci .Pertama,
artikulasi pengetahuan tacit yaitu
konversi dari tacit ke eksplisit , seperti
dalam dialog. Kedua, menerjemahkan pengetahuan tacit dari para ahli ke dalam
bentuk yang dapat dipahami, misalnya dokumen, manual, dsb .KombinasiKombinasi meliputi konversi
pengetahuan eksplisit ke dalam bentuk himpunan pengetahuan eksplisit yang lebih
kompleks . Dalam prakteknya, fase kombinasi tergantung pada tiga proses
berikut:1.
Pertama, penangkapan dan integrasi
pengetahuan eksplisit baru, termasuk pengumpulan data eksternal dari dalam atau
luar institusi kemudian mengkombinasikan data – data tersebut .
InternalisasiTerakhir,
internalisasi pengetahuan baru merupakan konversi dari pengetahuan eksplisit ke
dalam pengetahuan tacit organisasi . Individu
harus mengidentifikasi pengetahuan yang relevan dengan kebutuhannya di dalam
pengelolaan pengetahuan tersebut . Dalam prakteknya, internalisasi dapat
dilakukan dalam dua dimensi . Pertama, penerapan pengetahuan eksplisit dalam
tindakan dan praktek langsung .
Contoh melalui program pelatihan . Kedua,
penguasaanpengetahuan eksplisit melalui
simulasi, eksperimen, atau belajar sambil bekerja.Pada
dasarnya Manajemen Pengetahuan (MP) atau Knowledge Management (KM) adalah kegiatan yang
mengkaitkan antara belajar, perubahan dan inovasi . Secara teknis Manajemen
Pengetahuan muncul karena dorongan teknologi yang memungkinkan orang merekam
dalam bentuk teks, tulisan, gambar dan sebagainya .
Tapi akarnya tidak hanya
teknologi, MP muncul karena orang mau mengaitkan antara inovasi dikelompok
manusia, baik yang komersial dan non komersial dengan pengetahuan. Bagaimana
menyimpan apa yang sudah kita ketahui merupakan konsep yang sudah lama ada,
sejak manusia mulai bisa mendokumentasikan sesuatu. Tetapi MP saat ini
merupakan konsep gabungan dari teknologi, yang ingin merekam segala hal,
ditambah keinginan untuk menggabungkan perubahan antara belajar, perubahan dan
inovasi.Ketiga hal itu yaitu belajar, perubahan
dan inovasi merupakan sesuatu ada disegala bidang baik komersial maupun sosial
. MP dalam arti mengelola pengetahuan sudah ada sejak dulu. Tetapi sebagai
proses yang mengkaitkan ketiga hal tersebut mulai muncul sejak tahun 1970-an
setelah infrastruktur jaringan cukup baik untuk digunakan tukar menukar data.Model
Pendekatan Manajemen PengetahuanKarena
luas dan kompleksnya bidang manajemen pengetahuan ini para ahli mencoba
membangun model untuk manajemen pengetahuan . Manajemen Pengetahuan dilaksanakan
dalam sistem pengelolaan pengetahuan, atau Knowledge Management
System (KMS) .Sebagian
besar organisasi yang menerapkan KMS, menggunakan pendekatan tigacabang untuk
mengelola pengetahuannya, yaitu – Manusia (People), Proses (Process), dan Teknologi (Technology) .
Penekanan terhadap tiap-tiap elemen bisa berbeda di setiap bagian organisasi .Berdasarkan
model pendekatan di atas, peneliti akan memberikan batasan dari knowledge management sebagai berikut :
Gambar 2. Batasan
manajemen pengetahuan
Karl-Eric Sveiby
mengidentifikasi manajemen pengetahuan dengan dua aktivitas yaitu:
1) Manajemen
Informasi, dimana pengetahuan dipandang sebagai obyek yang dapat diidentifikasi dan ditangani dengan sistem informasi. Aktivitas ini membutuhkan teknologi informasi
dalam pelaksanaannya.
2)
Manajemen Manusia, dimana pengetahuan dipandang sebagai proses,
struktur kompleksketerampilan yang dinamis, pengetahuan tentang bagaimana cara,
dan lainnya yang beru bah secara konstan.
Lebih lanjut Rebbeca
O. Barclay dan Philip C. Murray mengembangkan pendekatan di atas dengan membagi
tiga pendekatan dalam manajemen pengetahuan:
· Pendekatan mekanistik .
Pendekatan mekanistik dikarakterisasikan dengan penerapan teknologi dan sumber daya
untuk melakukan yang lebih baik . Asumsi utama pendekatan ini mencakup:
· Akses lebih baik ke informasi adalah kunci,
meliputi pengembangan cara mengakses dan temu balik dokumen
(menghubungkan hypertext, database, pencarian teks, dan lainnya).
· Teknologi networking secara
umum (terutama intranet), dan groupware khususnya,
menjadi kunci pemecahan .
· Secara umum, teknologi dan meninggikan volume
informasi akan menyelesaikan pekerjaan.
Pendekatan ini relatif
mudah diterapkan oleh organisasi mengingat teknologi dan teknik sudah dikenal
umum dan mudah dipahami . Namun pendekatan ini mempunyai kekurangan terutama
dalam hal penanganan volume informasi yang menggunung, sehingga dampaknya akan
sulit terukur ketimbang model kertas tradisional.
· Pendekatan budaya atau perilaku;
Pendekatan Budaya atau perilaku mengartikan manajemen pengetahuan
sebagai isu manajemen, sehingga merupakan substansi dari proses re-engineering dan manajemen perubahan. Teknologi
meskipun penting untuk pengelolaan pengetahuan eksplisit, namun bukanlan solusi
. Pendekatan ini lebih memusatkan pada kreativitas dan inovasi (organisasi
pembelajaran) daripada pengungkitan sumber daya pengetahuan eksplisit atau
mempekerjaan pengetahuan eksplisit . Asumsi pendekatan ini meliputi:
· Perilaku organisasi dan kultur perlu diubah
secara dramatis. Dalam lingkungan informasi yang intensif, organisasi menjadi
relatif tidak berfungsi untuk mencapai sasaran bisnis .
· Perilaku keorganisasian dan kultur dapat
diubah sehingga teori perilaku sering dilibatkan dalam sistem.
· Proses menjadi yang utama, bukan teknologi.
· Tidak ada apapun yang berubah kecuali jika
seorang manajer merubahnya .
Namun hasil yang
dicapai oleh pendekatan budaya/perilaku ini tidak mungkin bisa menopang,
terukur, kumulatif, atau direplika oleh karyawan secara menyeluruh . Selain itu
hubungan antara manfaat bisnis dan strategi budaya seringkali tidak jelas .
· Pendekatan sistematik .
Pendekatan sistematis
mempunyai asumsi-asumsi sebagi berikut:
· Hasil menjadi lebih utama, bukan teknologi
atau proses atau definisi pengetahuan.
· Sumber daya tidak bisa dikelola kecuali jika
diberi model, dan banyak aspek pengetahuan organisasi yang dapat diberi model
sebagai sumber daya eksplisit .
· Solusi dapat ditemukan dalam berbagai
teknologi dan disiplin, dan metode analisa tradisional dapat digunakan untuk
mengujui ulang kealamian pekerjaan pengetahuan dan memecahkan masalah
pengetahuan .
· Isu Budaya penting, tetapi juga harus
dievaluasi sistematis . Karyawan mungkin perlu atau tidak perlu diubah, tetapi
kebijakan dan praktek kerja harus diubah, dan teknologi dapat diterapkan dengan
sukses untuk permasalahan pengetahuan bisnis .
· Manajemen pengetahuan adalah komponen
manajemen yang penting, tetapi bukan merupakan disiplin dan aktivitas
milik eksklusif para manajer saja.
Langganan:
Postingan (Atom)